REVIEW BUKU: KOMUNIKASI LINTAS BUDAYA (NIKMAH SURYANDARI)



A.  IDENTITAS BUKU
Judul         : Buku Ajar Komunikasi Lintas Budaya
Penulis     : Nikmah Suryandari
Penerbit    : CV. Putra Media Nusantara (PNM), Surabaya
Tahun       : 2019
Halaman   : 69
ISBN          : 978-602-1187-63-9

B. REVIEW BUKU
Buku yang ditulis oleh Nikmah Suryandari ini pada dasarnya ditujukan sebagai bahan ajar dosen dalam perkuliahan komunikasi budaya di seluruh Indonesia. Isi pembahasan yang menggunakan bahasa yang sederhana dan mudah dipahami dapat dipelajari oleh dosen, mahasiswa dan masyarakat umum yang ingin mempelajari seputar komunikasi lintas budaya.
Komunikasi lintas budaya sering digunakan untuk menyebut makna komunikasi antar budaya, tanpa dibatasi oleh konteks geografis, ras dan etnik. Melalui kajian komunikasi lintas budaya pada buku ini, penulis menjelaskan bahwa setiap orang akan memahami kebudayaannya sendiri dan mengakui bahwa ada isu kebudayaan yang dominan yang dimiliki orang lain dalam relasi antar budaya. Artinya Komunikasi Antar Budaya dapat dilakukan kalau kita mengetahui kebudayaan kita dan kebudayaan orang lain.
Dalam buku ini, penulis mencoba untuk mengkonstruksi konsep kajian komunikasi dan kebudayaan, pentingnya kajian komunikasi sosial budaya dalam konteks situasi yang terjadi di Indonesia serta faktor-faktor kebudayaan yang mendasari dan mempengaruhi proses komunikasi. Penulis membahas kajian komunikasi lintas budaya tersebut kedalam beberapa topik kajian. Diawali dengan latar belakang, pengertian dan dimensi komunikasi lintas budaya, penulis menjelaskan urgensi dari mempelajari kajian komunikasi lintas budaya yang sebenarnya tidak selalu mudah, faktor penyebab perubahan dan keragaman budaya, pengertian komunikasi antar budaya dan lintas budaya dari berbagai pendapat serta perbandingan antara keduanya sehingga pembaca dapat mengetahui dan memahami dasar dari komunikasi lintas budaya.
Penulis memberikan pemahaman terhadap prinsip – prinsip komunikasi lintas budaya serta sejarah yang melatarbelakangi munculnya kajian komunikasi antar budaya. Akar dari studi komunikasi antarbudaya dapat ditemukan dari era Perang Dunia Kedua, ketika Amerika mendominasi panggung dunia. Pemerintah dan pebisnis Amerika bekerja melewati benua dan berbagai macam daerah sehingga mereka menyadari adanya perbedaan budaya serta adanya kendala – kendala yang muncul seperti bahasa. Hal ini menjadi tantangan bagi mereka dalam hal komunikasi lintas budaya yang mereka jalani. Penulis menjelaskan bahwa sebagai bentuk respon, Pemerintah Amerika membentuk FSI (Foreign Service Istitute) ditahun 1946 yang kemudian karena keterbatasan penelitian mereka memformulasikan cara baru untuk melihat komunikasi dan budaya. Kemudian pada tahun 1959, Edward T. Hall memperkenalkan istilah komunikasi antar budaya. Ada tiga pandangan pendekatan atau paradigma kajian komunikasi antar budaya (disebutkan oleh Martin dan Nakayama dalam bukunya  Intercultural Communication in Contexts, 2010: 50) yaitu pendekatan ilmu pengetahuan sosial (fungsionalis/positivis), pendekatan intepretif, dan pendekatan kritis.
Setelah membahas sejarah serta pendekatan kajian, penulis menyajikan pembahasan terkait perbedaan dan keterkaitan antara komunikasi dan kebudayaan. Penulis menjelaskan bahwa budaya tidak hanya mempengaruhi komunikasi melainkan memainkan peranannya melalui komunikasi, sehingga ketika budata masuk kedalam ranah komunikasi, budaya juga dipengaruhi oleh komunikasi seperti yang dikatakan oleh Martin dan Nakayama bahwa “budaya mempengaruhi komunikasi, dan sebaliknya” (2007:92). Sehingga dapat dikatakan bahwa budaya dipaksa menyesuaikan dengan aturan komunikasi yang bermain didalam suatu budaya tertentu.
Selanjutnya, penulis juga menjelaskan tentang keterkaitan identitas dengan komunikasi antar budaya dalam bagian tersendiri. Penulis menjelaskan bahwa ada tiga prespektif dalam memandang hubungan komunikasi dengan identitas, yaitu: pertama, prespektif ilmu sosial yang melihat the self (diri) berada pada sebuah kebiasaan statis yang bersifat relatif, dan terkait pada beberapa komunitas budaya dimana seseorang mempunyai rasa memiliki, seperti nasionalitas, ras, etnisitas, agama, jender, dan lainlain. Kedua, prespektif intepretif yang memandang identitas sebagai hal yang dinamis dan menghargai pentingnya suatu peran interaksi dengan orang lain sebagai suatu faktor dalam pengembangan the self (diri). Ketiga, prespektif kritis yang memandang identitas lebih dinamis, yaitu sebagai hasil dari dunia sosial yang didalamnya terjadi sebuah pertarungan sejarah identitas.
Penulis mengatakan bahwa setiap pembelajaran dalam komunikasi lintas budaya perlu melibatkan informasi mengenai komunikasi non verbal, karena beberapa alasan, diantaranya: 1) komunikasi non verbal mengartikan keadaan internal untuk menyatakan sikap, perasaan dan emosi; 2) komunikasi non verbal penting dalam interaksi manusia karena dapat menciptakan kesan; 3) komunikasi non verbal baik yang disengaja maupun tidak disengaja memberi kita dan lawan bicara tentang petunjuk mengenai percakapan. Komunikasi non verbal ini menjadi bagian tersendiri dalam buku ini, dibagian ini penulis menjelaskan tentang kode – kode atau tanda – tanda non verbal dalam komunikasi lintas budaya.
Bagian terakhir dalam buku ini menyampaikan terkait transisi lintas budaya yang terjadi dalam interaksi dan komunikasi lintas budaya. Seperti yang kita ketahui bersama bahwa melalui hubungan, kita belajar banyak tentang kebudayaan satu dengan kebudayaan lainnya. Hubungan ini memberikan manfaat diantaranya diantaranya (1) memperoleh pengetahuan tentang Komunikasi Lintas Budaya dunia, (2) mematahkan stereotip, dan (3) memperoleh keterampilan baru. Dalam hubungan antar budaya, kita sering mempelajari informasi spesifik tentang bahasa dan pola budaya asing.
Bahasa buku yang sederhana, lugas dan bagus cukup memudahkan pembaca untuk memahami isi buku. Buku ini sangat bagus untuk dijadikan referensi dalam kajian komunikasi lintas budaya bagi siapapun. Referensi – referensi dalam buku ini sangat kaya sehingga banyak pemikiran – pemikiran baik tokoh nasional maupun internasional yang dapat menambah khazanah keilmuan. Sedikit kekurangan dalam buku ini adalah pemilihan ukuran font yang terlalu kecil, sehingga membutuhkan kejelian dalam membaca. Namun kekurangan tersebut dapat ditutupi dengan alur per bab yang ditulis secara rinci, sehingga pembaca memahami apa yang ia pelajari pada bagian per bab dan ditambah dengan rangkuman dan referansi per bab sangat memudahkan pembaca dalam memahami inti dari topik bahasan per bab.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga IKATAN PELAJAR MUHAMMADIYAH

REVIEW JURNAL: POLA KOMUNIKASI ANTARBUDAYA BATAK DAN JAWA DI YOGYAKARTA