REVIEW JURNAL: POLA KOMUNIKASI ANTARBUDAYA BATAK DAN JAWA DI YOGYAKARTA
A. IDENTITAS
JURNAL
Judul :
Pola Komunikasi Antarbudaya Batak dan Jawa di Yogyakarta
Penulis :
Adi Nugroho, Puji Lestari, Ida Wiendijarti
Istitusi :
Prodi Ilmu Komunikasi UPN Veteran Yogyakarta
Sumber Jurnal : http://www.jurnalaspikom.org/index.php/aspikom/article/view/44
Nama Jurnal : Jurnal Komunikasi
Volume : Vol. 1 No. 5
Tahun : Juli 2012
Reviewer : Firman Dani Wijaya
B. RINGKASAN
ABSTRAK
Kota Yogyakarta merupakan
salah satu kota multietnis di Indonesia, yang mayoritas para pendatangnya
adalah mahasiswa yang kuliah di UPN Veteran Yogyakarta. Para mahasiswa tersebut
memiliki perbedaan budaya dengan budaya yang ada di Yogyakarta, yang sering
kali menyebabkan masalah komunikasi antarbudaya. Tujuan penelitian ini adalah;
(1) untuk mengetahui pola komunikasi antarbudaya mahasiswa suku Batak di UPN
Veteran Yogyakarta dengan masyarakat asli Yogyakarta; (2) untuk mengidentifikasi
masalah-masalah komunikasi antarbudaya mahasiswa suku Batak di UPN Veteran
Yogyakarta dengan masyarakat asli Yogyakarta. Penelitian ini menggunakan teori
etnosentrisme dan konsep-konsep komunikasi antarbudaya. Jenis penelitian ini
adalah deskriptif kualitatif, yang berusaha menggambarkan suatu gejala sosial.
Dengan kata lain penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan sifat sesuatu
yang tengah berlangsung pada saat studi. Penelitian ini menggunakan teknik
pengumpulan data dengan wawancara mendalam, observasi dan studi pustaka. Hasil
penelitian ini mendeskripsikan pola budaya yang berbeda antara mahasiswa suku
Batak di UPN Veteran Yogyakarta dan masyarakat asli Yogyakarta. Mahasiswa suku
Batak di UPN Veteran Yogyakarta memiliki pola budaya Low Context dan Masculinity,
sedangkan masyarakat asli Yogyakarta memiliki pola budaya High Context dan Femininity.
Pola komunikasi yang terjalin antara mahasiswa suku Batak di UPN Veteran
Yogyakarta dengan masyarakat asli Yogyakarta telah memasuki tahap komunikasi
antarbudaya yang dinamis, karena telah melalui tahap interaktif dan
transaksional. Masalah komunikasi antarbudaya yang terjadi yaitu, dalam
penggunaan bahasa, persepsi, bentuk-bentuk komunikasi non verbal, makanan dan
interaksi sosial, tetapi keduanya mampu memaknai dan memahami bentuk kebudayaan
yang berbeda.
C. KONSEP
PEMIKIRAN
Penelitian karya Adi
Nugroho, Puji Lestari dan Ida Wiendijiarti yang kemudian disebut peneliti dilatar belakangi oleh adanya
multietnis di Yogyakarta. Akibat dari adanya multi etnis ini adalah munculnya culture shock dikalangan mahasiswa baru
dari luar Provinsi/Pulau Jawa saat proses awal adaptasi di lingkungan baru
(Yogyakarta) dan munculnya kekhawatiran bahwa multietnis dapat memicu konflik
antar mahasiswa yang memiliki latar belakang budaya yang berbeda. Penelitian ini
mengambil sampel informan dari mahasiswa Batak UPN Veteran Yogyakarta angkatan 2007,
2008 dan 2009 yang dinilai peneliti memiliki pengalaman tinggal lama dan sudah
sering berinteraksi dengan masyarakat Yogyakarta. Sedangkan dari Suku Jawa, penulis
mengambil informan dari masyarakat asli Yogyakarta.
Konsep pemikiran sama
dengan masalah yang dirumuskan oleh peneliti. Konsep pemikiran peneliti pertama
adalah untuk mengetahu pola komunikasi antarbudaya mahasiswa Suku Batak di UPN
Veteran Yogyakarta dengan masyarakat asli Yogyakarta dan konsep pemikiran kedua
adalah untuk mengidentifikasi masalah – masalah dan pengaruh – pengaruh komunikasi
antarbudaya dari Suku Batak dan Suku Jawa.
D. SUBYEK
PENELITIAN
Peneliti mengambil subyek
penelitian dari 12 mahasiswa Suku Batak yang menjadi anggota KBMB (Keluarga Besar
Mahasiswa Batak) UPN Veteran Yogyakarta. Informan terdiri dari 6 mahasiswa
Batak-Karo dan 6 mahasiswa Batak-Toba. Sedangkan Suku Jawa berasal dari 6
mahasiswa Yogyakarta asli yang merupakan teman mahasiswa Batak dimana mereka
sering berinteraksi langsung.
E. METODOLOGI
PENELITIAN
Metedologi penelitian yang
digunakan oleh peneliti adalah metode deskriptif kualitatif. Dalam penelitian ini,
peneliti menggunakan triangulasi data untuk membandingkan data yang sama agar
menemukan data yang benar – benar valid, sehingga penulis menganalisis data
dari obyek penelitian melalui tiga sudut pandang, yaitu:
1.
Penafsiaran
atau interpretasi dari peneliti.
2.
Sudut
pandang dari pustaka, seperti artikel – artikel yang berisi tentang kebudayaan
Batak dan Jawa
3. Wawancara
langsung dengan mendalam terhadap informan mengenai interaksi, hubungan dan
kehidupan sosial (komunikasi antarbudaya) mahasiswa suku Batak di UPN Veteran Yogyakarta
dengan masyarakat asli Yogyakarta.
F. HASIL
DAN PEMBAHASAN PENELITIAN
Peneliti dalam
penelitiannya menyebutkan bahwa pola budaya akan mempengaruhi pola komunikasi,
begitupun sebaliknya. Hal ini dikarenakan keduanya saling berkaitan satu sama
lain. Penulis memandang bahwa pola budaya mahasiswa Batak adalah budaya low context dan budaya masculinity, karena mahasiswa Batak
memiliki karakteristik tanpa basa – basi dalam menyampaikan tujuan dalam suatu
pertemuan dan lebih ambisius. Sedangkan pola budaya mahasiswa Jawa adalah
budaya high context dan budaya femininity, karena mahasiswa asli
Yogyakarta kebalikan dari mahasiswa Batak, yaitu lebih suka berbasa basi dan
tidak terlalu ambisius dalam bekerja.
Proses komunikasi
antarbudaya antara mahasiswa Batak dan Jawa melalui 3 tahap komunikasi, yaitu:
1. Tahap
pola komunikasi interaktif, tahap ini merupakan komunikasi timbal balik yang
masih ditahap rendah. Dalam penelitian ini, peneliti menunjukkan bahwa ketika
mahasiswa dengan kultur/pola yang sama (Batak – Batak atau Jawa – Jawa), maka
dalam berkomunikasi akan terbuka dan nyaman. Kemudian, ketika Batak – Jawa berkomunikasi
dengan pola budaya yang berbeda maka keduanya akan merasa tidak nyaman dan
lebih tertutup.
2.Tahap
pola komunikasi transaksional, tahap ini merupakan tahap yang terjadi
keterlibatan emosional tinggi dan berlangsung terus menerus. Dalam penelitian
ini, hasil yang diperoleh adalah tidak adanya rasa tidak nyaman dan tertutup
dalam proses komunikasi antar mahasiswa Batak – Jawa, hal ini dikarenakan
komunikasi tidak terjadi sekali saja namun sudah sering dilakukan sehingga
terjadilah pertukaran budaya saat komunikasi berlangsung. Pada tahap ini, telah
terjadi pertukaran budaya dan saling mengenal masing – masing budaya.
3.
Tahap
pola komunikasi dinamis, tahap ini merupakan tahap penerimaan budaya baru. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa selama proses pengenalan berlangsung berulang –
ulang terjadilah proses penerimaan kultur baru. Mahasiswa Batak UPN “Veteran”
Yogyakarta sebagai pendatang telah mampu mengerti, memahami dan mempelajari kebudayaan
yang ada di lingkungan barunya yaitu di Yogyakarta, selain itu sudah dapat
berbaur dan menyatu dengan masyarakat asli Yogyakarta, sebagai proses adaptasi.
Hasil penelitian dalam
kasus pola budaya dan pola komunikasi menyatakan bahwa dengan adanya perbedaan
budaya antara mahasiswa Batak dan mahasiswa Jawa di UPN Veteran Yogyakarta
tidak terlalu menjadi permasalahan. Hal tersebut bahkan menjadi suatu keberagaman
pola komunikasi antar budaya yang ada di Yogyakarta.
Penelitian ini pun
mengungkapkan, komunikasi antarbudaya yang terjadi menimbulkan permasalahan. Permasalahan
ini diakibatkan oleh perbedaan mengenai bahasa, presepsi, simbol non verbal,
makanan bahkan cara individu berinteraksi.
1.
Bahasa, penelitian ini menjelaskan bahwa
perbedaan bahasa yang secara jelas dapat dilihat. Mahasiswa Yogyakarta (Suku
Jawa) UPN Veteran Yogyakarta dalam berbahasa lebih halus sedangkan Suku Batak
cenderung lebih keras dalam berbahasa. Namun, mahasiswa Batak dalam
berkomunikasi dengan mahasiswa Jawa menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa
penghubung yang tepat, meskipun tak jarang mahasiswa mengerti bahasa Jawa.
2.
Persepsi, Penelitian ini menjelasakan bahwa banyak
persepsi yang mengatakan bahwa mahasiswa Batak UPN Veteran Yogyakarta sebagai
orang kasar dan keras, sedangkan mahasiswa Jawa UPN Veteran Yogyakarta sebagai
orang ramah, halus dan baik hati. Namun peneliti menemukan dari apa yang
dipaparkan oleh informan bahwa tidak seutuhnya benar tentang persepsi orang
Batak yang kasar dan keras dalam berbicara. Mahasiswa suku Batak di UPN Veteran
Yogyakarta ternyata orangnya ramah, bersahabat, dan dalam berbicarapun tidak keras.
Hal tersebut dikarenakan mahasiswa suku Batak di UPN Veteran Yogyakarta telah
mampu menyesuaikan diri dengan budaya yang ada di Yogyakarta, walaupun masih
ada beberapa yang belum bisa menyesuaikan diri.
3.
Bentuk komunikasi nonverbal, dalam penelitian ini menjelaskan bahwa
adanya komunikasi anatarbudaya dapat menambah khazanah komunikasi nonverbal. Komunikasi
nonverbal yang ada dalam komunikasi mahasiswa Batak dan Jawa UPN Veteran Yogyakarta
seperti perbedaan saat menyapa, dimana di Jawa terbiasa menyapa dengan
tersenyum atau menundukkan kepala namun di Batak tidak perlu melakukan hal
seperti itu. Begitupun ketika menunjukkan arah mata angin, di Jawa terbiasa
dengan mengatakan utara, timur, selatan dan utara sedangkan di Batak terbiasa
dengan mengatakan lurus, belok, kanan dan kiri.
4.
Makanan, dalam penelitian ini menjelaskan
bahwa makanan Batak cenderung bercitarasa pedas sedangkan di Jawa cenderung
terasa manis, maka mahasiswa Batak harus menyesuaikan diri dengan makanan
Yogyakarta. Walaupun mereka tidak merasa cocok, namun seiring berjalannya waktu
mereka dapat menikmatinya.
5.
Interaksi sosial, dalam penelitian ini menjelaskan
bahwa interaksi sosial seringkali terjadi misskomunikasi karena penggunaan
bahasa dan beda pendapat dalam forum diskusi. Beda pendapat yang terjadi hanya
di ruang kelas saat diskusi dan saat diskusi di forum organisasi, namun hal itu
tidak menimbulkan masalah bagi mahasiswa suku Batak di UPN Veteran Yogyakarta
dan masyarakat asli Yogyakarta.
Kesimpulan utama dari
penelitian ini adalah bahwa kehidupan masyarakat asli Yogyakarta jelas berbeda
dengan masyarakat suku Batak. Teori etnosentrisme beranggapan bahwa budaya kelompok
yang diikuti oleh seorang individu dianggap lebih baik dibanding budaya yang
dianut oleh kelompok lain. Hal ini terlihat saat mahasiswa suku Batak di UPN Veteran
Yogyakarta tidak cocok dengan makanan yang ada di Yogyakarta, dan beranggapan
bahwa makanan daerahnya yang paling cocok dengan lidahnya. Dari hal tersebut mempengaruhi
kehidupan mahasiswa suku Batak di UPN Veteran Yogyakarta sebagai pendatang,
sehingga sulit sekali beradaptasi dengan makanan yang ada di Yogyakarta.
Dari penelitian ini dapat
diketahui bahwa mahasiswa suku Batak di UPN Veteran Yogyakarta pernah mengalami
Culture shock saat awal-awal mereka tinggal di Yogyakarta. Perbedaan budaya
yang ada di Yogyakarta yaitu karakteristik masyarakat, bahasa, makanan, dan interaksi
sosial masyarakat yang berbeda menjadi penyebab utama mahasiswa suku Batak di
UPN Veteran Yogyakarta mengalami culture shock. Sebagai pendatang, mahasiswa
suku Batak di UPN Veteran Yogyakarta mau memahami dan mempelajari bentuk-
bentuk komunikasi non verbal yang ada di Yogyakarta. Selain itu mahasiswa suku
Batak di UPN Veteran Yogyakarta akhirnya mau menyesuaikan diri dengan karakteristik
masyarakat Yogyakarta dan makanan yang ada di Yogyakarta yang berbeda dengan
yang ada di daerahnya. Hal tersebut memudahkan dalam proses adaptasi maupun
berinteraksi dengan masyarakat asli Yogyakarta.
G. KOMENTAR
REVIEWER
Kelebihan
|
:
|
ü
Bahasa
yang digunakan minim dengan kata ilmiah dalam jurnal ini, namun dengan hal
tersebut sangat memudahkan isi jurnal untuk dimengerti
ü
Referensi
jurnal ini diambil dari 8 buku yang berbeda – beda dan ditulis oleh para
ahli, sehingga bisa dijadikan referensi kedua bagi mahasiswa
ü
Teori
yang digunakan sederhana, namun tepat sasaran dengan penelitian yang dibuat
|
Kekurangan
|
:
|
ü
Subyek
penelitian diambil dari kampus yang sama dengan peneliti, sehingga ini belum
mewakili pola komunikasi antarbudaya di Yogyakarta
ü
Tidak
adanya data pendukung penelitian, seperti jumlah mahasiswa suku Batak dan
pendatang yang dikatakan peneliti mayoritas kuliah di UPN Veteran Yogyakarta
|
Komentar
Posting Komentar