REVIEW JURNAL: POLA KOMUNIKASI ANTARBUDAYA BATAK DAN JAWA DI YOGYAKARTA



A.  IDENTITAS JURNAL
Judul                       : Pola Komunikasi Antarbudaya Batak dan Jawa di Yogyakarta
Penulis                    : Adi Nugroho, Puji Lestari, Ida Wiendijarti
Istitusi                     : Prodi Ilmu Komunikasi UPN Veteran Yogyakarta
Nama Jurnal          : Jurnal Komunikasi
Volume                   : Vol. 1 No. 5
Tahun                     : Juli 2012
Reviewer                : Firman Dani Wijaya

B.  RINGKASAN ABSTRAK
Kota Yogyakarta merupakan salah satu kota multietnis di Indonesia, yang mayoritas para pendatangnya adalah mahasiswa yang kuliah di UPN Veteran Yogyakarta. Para mahasiswa tersebut memiliki perbedaan budaya dengan budaya yang ada di Yogyakarta, yang sering kali menyebabkan masalah komunikasi antarbudaya. Tujuan penelitian ini adalah; (1) untuk mengetahui pola komunikasi antarbudaya mahasiswa suku Batak di UPN Veteran Yogyakarta dengan masyarakat asli Yogyakarta; (2) untuk mengidentifikasi masalah-masalah komunikasi antarbudaya mahasiswa suku Batak di UPN Veteran Yogyakarta dengan masyarakat asli Yogyakarta. Penelitian ini menggunakan teori etnosentrisme dan konsep-konsep komunikasi antarbudaya. Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif, yang berusaha menggambarkan suatu gejala sosial. Dengan kata lain penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan sifat sesuatu yang tengah berlangsung pada saat studi. Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data dengan wawancara mendalam, observasi dan studi pustaka. Hasil penelitian ini mendeskripsikan pola budaya yang berbeda antara mahasiswa suku Batak di UPN Veteran Yogyakarta dan masyarakat asli Yogyakarta. Mahasiswa suku Batak di UPN Veteran Yogyakarta memiliki pola budaya Low Context dan Masculinity, sedangkan masyarakat asli Yogyakarta memiliki pola budaya High Context dan Femininity. Pola komunikasi yang terjalin antara mahasiswa suku Batak di UPN Veteran Yogyakarta dengan masyarakat asli Yogyakarta telah memasuki tahap komunikasi antarbudaya yang dinamis, karena telah melalui tahap interaktif dan transaksional. Masalah komunikasi antarbudaya yang terjadi yaitu, dalam penggunaan bahasa, persepsi, bentuk-bentuk komunikasi non verbal, makanan dan interaksi sosial, tetapi keduanya mampu memaknai dan memahami bentuk kebudayaan yang berbeda.

C.  KONSEP PEMIKIRAN
Penelitian karya Adi Nugroho, Puji Lestari dan Ida Wiendijiarti yang kemudian disebut peneliti dilatar belakangi oleh adanya multietnis di Yogyakarta. Akibat dari adanya multi etnis ini adalah munculnya culture shock dikalangan mahasiswa baru dari luar Provinsi/Pulau Jawa saat proses awal adaptasi di lingkungan baru (Yogyakarta) dan munculnya kekhawatiran bahwa multietnis dapat memicu konflik antar mahasiswa yang memiliki latar belakang budaya yang berbeda. Penelitian ini mengambil sampel informan dari mahasiswa Batak UPN Veteran Yogyakarta angkatan 2007, 2008 dan 2009 yang dinilai peneliti memiliki pengalaman tinggal lama dan sudah sering berinteraksi dengan masyarakat Yogyakarta. Sedangkan dari Suku Jawa, penulis mengambil informan dari masyarakat asli Yogyakarta.
Konsep pemikiran sama dengan masalah yang dirumuskan oleh peneliti. Konsep pemikiran peneliti pertama adalah untuk mengetahu pola komunikasi antarbudaya mahasiswa Suku Batak di UPN Veteran Yogyakarta dengan masyarakat asli Yogyakarta dan konsep pemikiran kedua adalah untuk mengidentifikasi masalah – masalah dan pengaruh – pengaruh komunikasi antarbudaya dari Suku Batak dan Suku Jawa.

D.  SUBYEK PENELITIAN
Peneliti mengambil subyek penelitian dari 12 mahasiswa Suku Batak yang menjadi anggota KBMB (Keluarga Besar Mahasiswa Batak) UPN Veteran Yogyakarta. Informan terdiri dari 6 mahasiswa Batak-Karo dan 6 mahasiswa Batak-Toba. Sedangkan Suku Jawa berasal dari 6 mahasiswa Yogyakarta asli yang merupakan teman mahasiswa Batak dimana mereka sering berinteraksi langsung.

E.  METODOLOGI PENELITIAN
Metedologi penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah metode deskriptif kualitatif. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan triangulasi data untuk membandingkan data yang sama agar menemukan data yang benar – benar valid, sehingga penulis menganalisis data dari obyek penelitian melalui tiga sudut pandang, yaitu:
1.   Penafsiaran atau interpretasi dari peneliti.
2.   Sudut pandang dari pustaka, seperti artikel – artikel yang berisi tentang kebudayaan Batak dan Jawa
3. Wawancara langsung dengan mendalam terhadap informan mengenai interaksi, hubungan dan kehidupan sosial (komunikasi antarbudaya) mahasiswa suku Batak di UPN Veteran Yogyakarta dengan masyarakat asli Yogyakarta.

F.  HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN
Peneliti dalam penelitiannya menyebutkan bahwa pola budaya akan mempengaruhi pola komunikasi, begitupun sebaliknya. Hal ini dikarenakan keduanya saling berkaitan satu sama lain. Penulis memandang bahwa pola budaya mahasiswa Batak adalah budaya low context dan budaya masculinity, karena mahasiswa Batak memiliki karakteristik tanpa basa – basi dalam menyampaikan tujuan dalam suatu pertemuan dan lebih ambisius. Sedangkan pola budaya mahasiswa Jawa adalah budaya high context dan budaya femininity, karena mahasiswa asli Yogyakarta kebalikan dari mahasiswa Batak, yaitu lebih suka berbasa basi dan tidak terlalu ambisius dalam bekerja.
Proses komunikasi antarbudaya antara mahasiswa Batak dan Jawa melalui 3 tahap komunikasi, yaitu:
1. Tahap pola komunikasi interaktif, tahap ini merupakan komunikasi timbal balik yang masih ditahap rendah. Dalam penelitian ini, peneliti menunjukkan bahwa ketika mahasiswa dengan kultur/pola yang sama (Batak – Batak atau Jawa – Jawa), maka dalam berkomunikasi akan terbuka dan nyaman. Kemudian, ketika Batak – Jawa berkomunikasi dengan pola budaya yang berbeda maka keduanya akan merasa tidak nyaman dan lebih tertutup.
2.Tahap pola komunikasi transaksional, tahap ini merupakan tahap yang terjadi keterlibatan emosional tinggi dan berlangsung terus menerus. Dalam penelitian ini, hasil yang diperoleh adalah tidak adanya rasa tidak nyaman dan tertutup dalam proses komunikasi antar mahasiswa Batak – Jawa, hal ini dikarenakan komunikasi tidak terjadi sekali saja namun sudah sering dilakukan sehingga terjadilah pertukaran budaya saat komunikasi berlangsung. Pada tahap ini, telah terjadi pertukaran budaya dan saling mengenal masing – masing budaya.
3.   Tahap pola komunikasi dinamis, tahap ini merupakan tahap penerimaan budaya baru. Hasil penelitian menunjukkan bahwa selama proses pengenalan berlangsung berulang – ulang terjadilah proses penerimaan kultur baru. Mahasiswa Batak UPN “Veteran” Yogyakarta sebagai pendatang telah mampu mengerti, memahami dan mempelajari kebudayaan yang ada di lingkungan barunya yaitu di Yogyakarta, selain itu sudah dapat berbaur dan menyatu dengan masyarakat asli Yogyakarta, sebagai proses adaptasi.

Hasil penelitian dalam kasus pola budaya dan pola komunikasi menyatakan bahwa dengan adanya perbedaan budaya antara mahasiswa Batak dan mahasiswa Jawa di UPN Veteran Yogyakarta tidak terlalu menjadi permasalahan. Hal tersebut bahkan menjadi suatu keberagaman pola komunikasi antar budaya yang ada di Yogyakarta.

Penelitian ini pun mengungkapkan, komunikasi antarbudaya yang terjadi menimbulkan permasalahan. Permasalahan ini diakibatkan oleh perbedaan mengenai bahasa, presepsi, simbol non verbal, makanan bahkan cara individu berinteraksi.
1.   Bahasa, penelitian ini menjelaskan bahwa perbedaan bahasa yang secara jelas dapat dilihat. Mahasiswa Yogyakarta (Suku Jawa) UPN Veteran Yogyakarta dalam berbahasa lebih halus sedangkan Suku Batak cenderung lebih keras dalam berbahasa. Namun, mahasiswa Batak dalam berkomunikasi dengan mahasiswa Jawa menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa penghubung yang tepat, meskipun tak jarang mahasiswa mengerti bahasa Jawa.
2.   Persepsi, Penelitian ini menjelasakan bahwa banyak persepsi yang mengatakan bahwa mahasiswa Batak UPN Veteran Yogyakarta sebagai orang kasar dan keras, sedangkan mahasiswa Jawa UPN Veteran Yogyakarta sebagai orang ramah, halus dan baik hati. Namun peneliti menemukan dari apa yang dipaparkan oleh informan bahwa tidak seutuhnya benar tentang persepsi orang Batak yang kasar dan keras dalam berbicara. Mahasiswa suku Batak di UPN Veteran Yogyakarta ternyata orangnya ramah, bersahabat, dan dalam berbicarapun tidak keras. Hal tersebut dikarenakan mahasiswa suku Batak di UPN Veteran Yogyakarta telah mampu menyesuaikan diri dengan budaya yang ada di Yogyakarta, walaupun masih ada beberapa yang belum bisa menyesuaikan diri.
3.   Bentuk komunikasi nonverbal, dalam penelitian ini menjelaskan bahwa adanya komunikasi anatarbudaya dapat menambah khazanah komunikasi nonverbal. Komunikasi nonverbal yang ada dalam komunikasi mahasiswa Batak dan Jawa UPN Veteran Yogyakarta seperti perbedaan saat menyapa, dimana di Jawa terbiasa menyapa dengan tersenyum atau menundukkan kepala namun di Batak tidak perlu melakukan hal seperti itu. Begitupun ketika menunjukkan arah mata angin, di Jawa terbiasa dengan mengatakan utara, timur, selatan dan utara sedangkan di Batak terbiasa dengan mengatakan lurus, belok, kanan dan kiri.
4.   Makanan, dalam penelitian ini menjelaskan bahwa makanan Batak cenderung bercitarasa pedas sedangkan di Jawa cenderung terasa manis, maka mahasiswa Batak harus menyesuaikan diri dengan makanan Yogyakarta. Walaupun mereka tidak merasa cocok, namun seiring berjalannya waktu mereka dapat menikmatinya.
5.   Interaksi sosial, dalam penelitian ini menjelaskan bahwa interaksi sosial seringkali terjadi misskomunikasi karena penggunaan bahasa dan beda pendapat dalam forum diskusi. Beda pendapat yang terjadi hanya di ruang kelas saat diskusi dan saat diskusi di forum organisasi, namun hal itu tidak menimbulkan masalah bagi mahasiswa suku Batak di UPN Veteran Yogyakarta dan masyarakat asli Yogyakarta.

Kesimpulan utama dari penelitian ini adalah bahwa kehidupan masyarakat asli Yogyakarta jelas berbeda dengan masyarakat suku Batak. Teori etnosentrisme beranggapan bahwa budaya kelompok yang diikuti oleh seorang individu dianggap lebih baik dibanding budaya yang dianut oleh kelompok lain. Hal ini terlihat saat mahasiswa suku Batak di UPN Veteran Yogyakarta tidak cocok dengan makanan yang ada di Yogyakarta, dan beranggapan bahwa makanan daerahnya yang paling cocok dengan lidahnya. Dari hal tersebut mempengaruhi kehidupan mahasiswa suku Batak di UPN Veteran Yogyakarta sebagai pendatang, sehingga sulit sekali beradaptasi dengan makanan yang ada di Yogyakarta.

Dari penelitian ini dapat diketahui bahwa mahasiswa suku Batak di UPN Veteran Yogyakarta pernah mengalami Culture shock saat awal-awal mereka tinggal di Yogyakarta. Perbedaan budaya yang ada di Yogyakarta yaitu karakteristik masyarakat, bahasa, makanan, dan interaksi sosial masyarakat yang berbeda menjadi penyebab utama mahasiswa suku Batak di UPN Veteran Yogyakarta mengalami culture shock. Sebagai pendatang, mahasiswa suku Batak di UPN Veteran Yogyakarta mau memahami dan mempelajari bentuk- bentuk komunikasi non verbal yang ada di Yogyakarta. Selain itu mahasiswa suku Batak di UPN Veteran Yogyakarta akhirnya mau menyesuaikan diri dengan karakteristik masyarakat Yogyakarta dan makanan yang ada di Yogyakarta yang berbeda dengan yang ada di daerahnya. Hal tersebut memudahkan dalam proses adaptasi maupun berinteraksi dengan masyarakat asli Yogyakarta.

G. KOMENTAR REVIEWER
Kelebihan
:
ü Bahasa yang digunakan minim dengan kata ilmiah dalam jurnal ini, namun dengan hal tersebut sangat memudahkan isi jurnal untuk dimengerti
ü Referensi jurnal ini diambil dari 8 buku yang berbeda – beda dan ditulis oleh para ahli, sehingga bisa dijadikan referensi kedua bagi mahasiswa
ü Teori yang digunakan sederhana, namun tepat sasaran dengan penelitian yang dibuat
Kekurangan
:
ü Subyek penelitian diambil dari kampus yang sama dengan peneliti, sehingga ini belum mewakili pola komunikasi antarbudaya di Yogyakarta
ü Tidak adanya data pendukung penelitian, seperti jumlah mahasiswa suku Batak dan pendatang yang dikatakan peneliti mayoritas kuliah di UPN Veteran Yogyakarta


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga IKATAN PELAJAR MUHAMMADIYAH

REVIEW BUKU: KOMUNIKASI LINTAS BUDAYA (NIKMAH SURYANDARI)